Sabtu, 17 November 2012

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar belakang
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnyaapabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmuatau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandangfilsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan.Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan sertamemiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yangmampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilansubstantif. Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan.Berbeda dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhansegala sesuatu.
Filsafat Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satuaspek kehidupan manusia yang dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan juga menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengantujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya. Seperti halnya filsafat yang lain,filsafat pendidikan pun bersifat spekulatif, preskriptif dan analitik.Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinyafilsafat pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai.Analitik artinya filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yangspekulatif dan perspektif. Filsafat ilmu pendidikan dapat dibataskan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melaui riset baik kualitatif maupun kuantitatif.                      Filsafat pendidikan ini perlu dipedomani para perencana pendidikan tentang tujuan, isi,kurikulum yang merumuskan tujuan-tujuan pengubahan perilaku yang bersifat personal, sosial dan ekonomi. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum maka filsafat pendidikan pun terdiri bebarpa aliran seperti filsafat pendidikan idealisme, realisme, esensialisme dan pragmatisme.Dalam sejarah filsafat pendidikan telah melahirkan berbagai pandanganatau aliran. Salah satu aliran pendidikan tersebut adalah aliran “realisme”. Realismesekarang ini menerima dunia kesungguhan di luar kesadaran.
Realitas yangdiberikan tidak melalui pengetahuan langsung melainkan yang adanya diketahuidari pengalaman.Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas,kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupunfakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan (science of education). Masalah-masalah tersebut antara lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun pembahasannyatidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkandiperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.

2.    Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai :
1.         Pemenuhan tugas matakuliah dari dosen yang bersangkutan
2.         Agar mahasiswa mengetahui aliran-aliran dalam filsafat pendidikan.
3.      Agar mahasiswa bisa mengaplikasikan kedalam kehidupan pendidikannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata : philien dalam arti cinta, dan shopos dalam arti hikmat (wisdom). Orang Arab memindahkan kata Yunani Philosophia kedalam bahasa mereka dengan menyesuaikannya dengan susunan kata-kata arab yaitu: falsafah dengan pola :fa’lala , fa’lalah dan fi’lal . dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya falsafah dan filsafat (Nasution, 1985).
Kafie (1989;101) berpendapat filsafat berasal dari kata : falsafah (Arab) ,philosophie (latin) , philosophia (Belanda, Jerman ,Prancis) yang artinya : cinta akan hikmah , ingin mengerti secara mendalam ,mencari kebenaran , mendambakan pengetahuan yang hakiki.
Filsafat adalah tatanan cara berfikir ilmiah ,sistematis , radikal dan universal. Ilmiah artinya mempunyai kaidah dan prosedur keilmuan , sistematis artinya ada aturan yang tertata rapi, radikal artinya berfikir mendalam sampai ke akar-akarnya , universal artinya menyeluruh dan menyentuh segala aspek kehidupan .
Filsafat merupakan kemajuan manusia dalam menangkap kebenaran pengetahuan biasa dari apa yang diamati oleh panca indranya.  Berfilsafat diawali dengan keinginan untuk berfikir tentang pengetahuan dalam diri kita . Pengetahuan tentang :
§   Apa yang disebut benar dan salah (logika)
§   Apa yang disebut baik dan buruk (etika)
§   Apa yang disebut dengan indah dan jelek (estetika)

B.                 Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil – hasil kajian dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan dan nilai , khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan. Dalam filsafat terdapat  berbagai aliran  , sehubungan dengan itu maka dalam filsafat pendidikan pun terdapat berbagai aliran sesuai dengan aliran yang ada dalam filsafat . tinjauan kritis dapat berwujud sebagai upaya penemuan antara aliran –aliran filsafat pendidikan dengan filsafat pncasila.  Kesemuanya itu dimaksudkan untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan secara konvergensi dari pola filsafat pendidikan berdasarkan pancasila.
C.                Aliran – aliran Filsafat Pendidikan
1.        Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia , sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak diluarnya . Jiwa rohani manusia merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya dan sekaligus sebagai pendorong dan penggerak semua aktivitas manusia.
Seorang pengikut idealisme Kattsoff ( 1996) menjawab :
Ø  Pertama ,jika kita meneliti :
§  Hakekat terdalam pengalaman seseorang
§  Ketertiban dan susunan alam semesta
§  Adanya nilai dialam semesta
Ø  Kedua
§  Dimana –mana di dunia ini kita menjumpai watak yang logis
§  Hubungan sebab akibat
§  Ketaatan pada hukum
Aliran idealisme kenyataannya tidak terpisahkan dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita .
1.        Realita yang nampak yaitu apa yang dialami oleh kita adalah hidup dan mati
2.        Realitas sejati
Prinsip aliran idealisme merupaka Ide yang berarti  dasar dari segala sesuatu yang ada di alam ini.
Hal yang terpenting dalam ajaran idealisme adalah roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan , berusaha menerangkan secara alami bahwa gerakan-gerakan rohani ialah dimensi gerakan menemukan hakikat yang mutlak dan murni dalam hidup.
Menurut Phidom, dunia terbagi dua yaitu dunia nyata (dunia kelihatan) dan dunia tidk nyata (dunia tidak kelihatan).
Menurut Plato, memandang bahwa jiwa manusia adalah roh yang berasal dari ide dan eksternal.
Immanuel kant, berpendapat bahwa manusia bebas dan ditentukan. Bebas sepanjang jiwa dan roh , dan terikat berarti manusia makhluk fisik yang patuh kepada hukum alam.
Kaum idealis memandang bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual yang mewarisi pembawaan spiritual sebagai potensinya.
Dalam hubungan dengan pendidikan
§  Pendidikan harus mengajarkan hubungan batin antara anak dan alam semesta
§  Pendidik yang idealisme mewujudkan terdapat mungkin watak yang terbaik
§  Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan ,bukan sebagai alat
§  Pendidikan bukan menjejalkan pengetahuan dari luar kedalam diri seseorang.

2.        Filsafat Pendidikan Realisme
Istilah realisme berasal dari Bahasa Latin ”realis” yang berarti ”sungguh-sungguh, nyata benar”. Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapatsatu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dariindra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat diselidiki,dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat
     Maka penganut aliran filsafat realisme berkeyakinan bahwa objek indera kita adalahriil atau sungguh-sungguh nyata adanya.
Realisme juga berkeyakinan bahwa alamsemesta hakikatnya berdiri sendiri diluar pikiran manusia (objektif).
Penekanan filosof Realisme adalah kepada dunia luar yang berdiri sendiri.Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda- benda atau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetapkendati diamati.
Realisme dalam berbagai bentuk menurut Kattsoff (1996 :126) menarik garis pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui , dan pada umumnya cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa realisme adalah aliran filsafat yang berkeyakinan bahwa objek indera kita adalah riil atau sunguh-sungguh nyata adanya.
Sistem kepercayaan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara , ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri ,dan yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang . Defenisi kebenaran menurut penganut realisme adalah ukuran kebenaran suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah menentukan apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan ataukah tidak kepada kita.
Salah seorang tokoh atau penganut realisme yang sangat terkenal adalah Johan Amos Comenius merupakan pemikir pendidikan. Beliau mengemukakan bahwa manusia selalu berusaha untuk mencapai suatu tujuan hidup berupa :
Ø  Pertama , keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi
Ø  Kedua , kehidupan dunia yang sejahtera dan damai .
Tujuan yang pertama merupakan tujuan yang menyatu dalam hidup yang merupakan kualitas hidup itu sendiri yang menuju kesempurnaan , sedangkan tujuan yang kedua adalah kehidupan yang sejahtera dan damai yang menuntun hidup kehidupan keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi.
Comenius dengan bukunya “didaktica magna” (didaktik besar) dan “Orbis Sensualtum Pictus “ ( dunia pancaindera dengan gambar-gambar) merupakan peletak dasar didaktik modern. Beliau mengemukakan metode berfikir yang diawali dengan fakta-fakta yang merupakan metode berfikir ilmiah ,yaitu metode induktif.
Beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Comenius (Sadulloh ,2003 ) adalah :
a)    Pelajaran harus di dasarkan pada minat peserta didik . keberhasilan dalam belajar tidak karena dipaksakan dari luar , melainkan merupakan suatu hasil perkembangan pribadinya.
b)    Setiap mata pelajaran harus memiliki out line . garis besar proses belajar mengajar , silabus dan rencana pembelajaran dan sudah ada pada awal pembelajaran .
c)    Pada pertemuan awal atau permulaan pembelajaran , guru harus menyampaikan informasi tentang garis-garis besar pembelajaran yang akan dipelajari peserta didik .
d)   Kelas harus diperkaya dengan gambar-gambar , peta, foto , hasil karya peserta didik dan sejenisnya yang berkaitan dngan kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
e)    Pembelajaran harus berlangsung secara sikuens atau berkesinambungan dengan pelajaran sebelumnya
f)     Setiap aktivitas yang dilakukan guru bersama peserta didik hendaknya membantu untuk mengembangkan hakikat manusia , dan kepada peserta didik ditunjukkan kepentingan yang praktis dari setiap sistem nilai.
g)    Pelajaran dalam subjek yang sama di peruntukkan bagi semua peserta didik.

3.                  Filsafat Pendidikan Materialisme
            Materialisme artinya haluan yang mementingkan kebendaan sebagai sumber hidup. Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan . dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan untuk materialistik adalah mementingkan kebendaan menurut materialisme . maka berdasarkan persepsi tersebut , menurut Jalaluddin dan Idi (2002 :53) maka realita semesta ini pastilah sebagaimana apa yang kita lihat yang nampak dihadpan kita ,yaitu sebagaimana di kemukakan Noor Syam, (1986 : 162-163) semuanya adalah materi. Serba zat, serba benda , manusia merupakan makhluk ilmiah yang tidak punya perbedaan dengan alam semesta demikian juga wujudnya yang merupakan makrokosmos , dan tingkah laku manusia pada prosesnya sejalan dengan sikap dan gerakan peristiwa alamiah yang terkait dengan benda dan menjadi bagian dari hukum alam semesta dan merupakan suatu pola mekanisme. Atau perjalanan menurut aturan yang mengikat dan terkait.
            Karl Marx, memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang ada adalah dunia materi dan didalam suatu susunan kehidupan yaitu masyarakat pada muatannya berupa kesadaran-kesadaran yang menumbuhkan ide serta teori serta pandangan yang semuanya adalah suatu gambaran yang nyata.
            Karakteristik umum materialisma (Sadulloh .2003) :
Ø  Semua jenis sains ,ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan dengan kassual.
Ø  Apa yang dikatakan “jiwa” dan segala kegiatannya adalah suatu gerakan yang kompleks dari otak,sistem saraf , atau organ jasmani lainnya .
Ø  Apa yang disebut dengan nilai dan cita –cita , makna dan tujuan hidup , keindahan dan kesenangan , serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama. Semboyan ,simbol subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia , sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak diluarnya
                        Realisme adalah kepada dunia luar yang berdiri sendiri.Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda- benda atau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya.
            Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan . dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan untuk materialistik adalah mementingkan kebendaan menurut materialisme .
Saran
Dalam dunia pendidikan kita memerlukan beberapa pengetahuan tentang aliran dalam filsafat, agar ta bisa lebih memahami hakikat pendidikan lebih dalam dan lebih kompleks lagi, sehingga pengetahuan yang didapat bisa sesuai dengan norma dan kebudayaan bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin. 2010. Filsafat ilmu ,mengembangkan kreativitas dalam proses keilmuan. Medan :     Ciptapustaka Media Perintis. 
Diktat filsafat pendidikan Universitas Negeri Medan 2012.
www.google.com // aliran-aliran filsafat pendidikan

ALIRAN IDEALISME DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

          FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.
          Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.
Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.
Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dengan demikian, muncullah filsafat pendidikan yang menjadi dasar bagaimana suatu bangsa itu berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap hidupnya. Adapun proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dilakukan dari generasi ke generasi secara sadar dan penuh keinsafan.
Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakangpribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
            Ajaran filsafat yang berbada-beda tersebut, oleh para peneliti disusun dalam suatu sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran (sistem) suatu filsafat. Tetapi karena cara dan dasar yang dijadikan criteria dalam menetapkan klasifikasi tersebut berbeda-beda, maka klasifikasi tersebut berbeda-beda pula.
            Seorang ahli bernama Brubacher membedakan aliran-aliran filsafat pendidikan sebagai: pragmatis-naturalis; rekonstruksionisme; romantis naturalis; eksistensialisme; idealisme; realisme; rasional humanisme; scholastic realisme; fasisme; komunisme; dan demokrasi. Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Brubracher sangat teliti, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya overlapping dari masing-masing aliran.
            Sebagian ahli mengklasifikasikan aliran filsafat pendidikan ke dalam tiga kategori. Yaitu, kategori filsafat pendidikan akademik skolastik, kategori filsafat religious theistic, dan kategori filsafat pendidikan social politik. Filsafat pendidikan akademik skolastik meliputi dua kelompok yang tradisonal meliputi aliran perenialisme, esensialisme, idealisme, dan realisme, dan progresif meliputi progresivisme, rekonstruksionisme, dan eksistensialisme. Filsafat religious theistik meliputi segala macam aliran agama yang paling tidak terdiri dari empat besar agama di dunia ini, dengan segala variasi sekte-sekte agama masing-masing. Sedangkan filsafat pendidikan social politik terdiri dari humanisme, nasionalisme, sekulerisme, dan sosialisme.


B.     Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai :
1.      Sebagai pemenuhan tugas yang diberikan dosen filsafat pendidikan.
2.      Agar mahasiswa mengetahui dengan jelas tentang filsafat pendidikan idealism.
3.      Sebagai referensi untuk mengerjakan tugas yang lainnya.
4.      untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, serta mencoba menuangkan informasi yang didapat ke dalam sebuah tulisan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat dan Aliran Idealisme
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.
Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Tegasnya, idealisme adalah aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 416)
Menurut Ahmad Agung yang dikutip dari bukunya Juhaya S. Pradja (1987 : 38) ada beberapa jenis idealisme, diantaranya :
1)   Idealisme subjektif atau juga disebut immaterialisme, mentalisme, dan fenomenalisme. Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.
2)   Idealisme objektif, yakni dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.
3) Idealisme individual atau idealisme personal, yaitu nilai-nilainya dan perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme ini muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.

B.     Tokoh Aliran Filsafat Idealisme
1.    Plato (427-374 SM)
Plato adalah murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
2.    J. G. Fichthe (1762-1914 M)
Johann Gottlieb Fichte adalah filosuf Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788 M. Berkenalan dengan filsafat Kant di Leipzig 1790 M. Berkelana ke Konigsberg untuk menemui Kant dan menulis Critique of Relevation pada zaman Kant. Buku itu dipersembahkannya kepada Kant. Pada tahun 1810-1812 M ia menjadi rektor Universitas Berlin.
Filsafatnya disebut Wissenschaftslehre (ajaran ilmu pengetahuan). Dengan melalui metoda deduktif fichte mencoba menerangkan hubungan Aku (Ego) dengan adanya benda-benda (non-Ego). Karena Ego berpikir, mengiakan diri maka terlahirlah non-Ego (benda-benda). Dengan secara dialektif (berpikir dengan metoda : tese, anti tese, sintese) Fichte mencoba menjelaskan adanya benda-benda.
Secara sederhana dialektika Fichte itu dapat diterangkan sebagai berikut: manusia memandang obyek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindera obyek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan obyek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirannya.
Fichter menganjurkan supaya kita memenuhi tugas, dan hanya demi tugas. Tugaslah yang menjadi pendorong moral. Isi hukum moral ialah berbuatlah menurut kata hatimu. Bagi seorang idealis, hukum moral ialah setiap tindakan harus berupa langkah menuju kesempurnaan spiritual.
3.    F. W. S. Schelling (1775-1854 M)
Friedrich Wilhem Joseph Schelling telah mencapai kematangan sebagai filosuf pada waktu itu ia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, ketika usianya baru 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu berkembang. Namun, continuitasnya tetap ada. Dia adalah filosuf idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel. Ia pernah menjadi kawan Fichte.
Bersama Fishte dan Hegel, Sheiling adalah idealis Jerman yang terbesar. Pemikirannya pun merupakan mata rantai antara Fishte dan hegel. Fichte memandang alam semesta sebagai lapangan tugas manusia dan sebagai basis kebebasan moral, Schelling membahas realitas lebih obyektif dan menyiapkan jalan bagi idealisme absolute. Dalam pandangan Scheiling, realitas adalah identik dengan gerakan pemikiran yang berevolusi secara dialektis. Pada Schelling, juga pada Hegel, realitas adalah proses rasional evolusi dunia menuju realisasi berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir. Tujuan proses itu adalah suatu keadaan kesadaran diri yang sempurna.
4.    G. W. F. Hegel (1770-1031)
George Wilhem Friedrich Hegel lahir pada tahun 1770 M di Stuttgart. Ini adalah tahun-tahun Revolusi Prancis yang terkenal itu (1789 M), juga merupakan tahun-tahun berbunganya kesusasteraan Jerman.. Lessing, Goethe dan Schiller hidup pada periode ini juga.
Idealisme di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel.
Ia termasuk salah satu filosuf barat yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh, spirit), suatu istilah diilami oleh agamanya. ia berusaha menghubungkan Yang Mutlak itu dengan Yang Tidak Mutlak. Yang Mutlak itu roh (jiwa), menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya Idea, artinya: berpikir.
Idea yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Demikianlah proses roh atau Idea yang disebut Hegel: Dialektika. Proses itu berlaku menurut hukum akal. Sebab itu yang menjadi aksioma Hegel: apa yang masuk akal (rasional) itu sungguh riil, dan apa yang sungguh itu masuk akal.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran idealisme ini aliran yang mengemukakan bahwa sesuatu hal akan muncul berangkat dari ide. Ungkapan terkenal dalam aliran ini adalah “ segala yang ada hanyalah yang ada” sebab yang ada itulah adalah gambaran atau perwujudan dari alam pikiran (bersifat tiruan).

C.    Idealisme dan Filsafat Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.
Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.
Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dengan demikian, muncullah filsafat pendidikan yang menjadi dasar bagaimana suatu bangsa itu berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap hidupnya. Adapun proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dilakukan dari generasi ke generasi secara sadar dan penuh keinsafan.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

D.     PENGARUH IDEALISME DI RUANG KELAS
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
            Guru menjadi agen penting dalam menolong siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin Guru idealis menyajikan bahan belajar warisan budaya yang terbaik. Membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya mereka untuk masyarakat. Guru idealis akan menekankan para siswa untuk menggapai cita- cita tertinggi yang mampu ia raih. Menunjukkan jalan bagi siswa untuk mencapai yang terbaik dalam hidup. Visi hidup haruslah tinggi sehingga menginspirasi siswa untuk berjuang lebih keras. Siswa tidak boleh terpengaruh dengan kondisi sosial yang tidak mendukung pencapaian cita- cita. Siswa diajarkan untuk berani bermimpi kemudian berjuang keras untuk mewujudkan mimpi- mimpinya.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
            Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut :
1). Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2). Kedudukan Siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
3). Peranan Guru
Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa
4). Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memproleh pekerjaan
5). Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan
            Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sabagai alat. Guru harus bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia merupakan contoh yang baik untuk diterima oleh siswanya. Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi, dimana tujuan itu berada di luar kehidupan sekarang ini. Tujuan pendidikan idealisme akan berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang mampu mencapai dan menikmati kehidupan abadi, yang berasal dari Tuhan.

E.      ALIRAN IDEALISME DALAM PENDIDIKAN
            Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.
            Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunnya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalahPhilosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.
            Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.
            Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
            Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
            Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
            Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
(1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
(2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
 (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
(4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
(5) Guru menjadi teman dari para muridnya;
(6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
(7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
(8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya;
(9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
(10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
(11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;
(12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
(13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi;
(14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
            Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.


BAB III
PENUTUP

a.      Kesimpulan
1.   Aliran Idealisme sangat mementingkan eksistensi akal pikiran manusia sebab pikiran manusialah yang menjadi sumber ide. Ungkapan terkenal dalam aliran ini adalah “ segala yang ada hanyalah yang ada” sebab yang ada itulah adalah gambaran atau perwujudan dari alam pikiran (bersifat tiruan). Sebaik apapun tiruan tidak seindah aslinya (yaitu ide). Jadi yang baik itu hanya apa yang ada di dalam ide itu sendiri. Tokoh yang paling terkenal dalam aliran ini adalah Plato (427-374 SM).
2.    Guru dalam hal ini sebagai tenaga pengajar dalam aliran idealisme dituntut untuk memahami siswa secara total dalam arti tidak hanya sebatas mengajar di kelas saja tetapi juga memahami siswa di luar sekolah. Guru dituntut untuk masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik.

b.      Saran
Mengingat bahwa aliran idealisme aliran yang mengemukakan bahwa sesuatu hal akan muncul berangkat dari ide. Ungkapan terkenal dalam aliran ini adalah “ segala yang ada hanyalah yang ada” sebab yang ada itulah adalah gambaran atau perwujudan dari alam pikiran sehingga guru dituntut untuk lebih memberikan pemahaman tentang hal ini kepada peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007.
Edo Segara. Noel J Coulson: Idealism and Realism;http://edosegara.blogspot.com/2008/04
Louis O. Kattsoff : Penerjemah, Soejono Soemargono, 1992. Pengantar Filsafat. Yogyakarta, Tiara Wacana
Power, Edward J. 1982.  Philosophy of Education. New Jersey : Printice Hall Inc. Englewood Cliffs.
Uyoh Sadulloh, 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta, Bandung





ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.     Latar belakang Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnyaapabila ada pertanyaa...