Kehidupan dan masalah
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Setiap manusia pasti pernah menghadapi
masalah. Untuk menghadapi semua masalah tersebut, agama mempunyai peran penting
di dalamnya. Namun, kajian etika pun mempunyai porsi tersendiri dalam
menghadapai berbagai masalah dalam kehidupan. Pengertian etika menurut K.
Bertens yakni pertama, etika dalam arti nilai-nilai dan norma-norma
moral, yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Maksud etika di
sini ialah sebagai sistem nilai. Kedua, etika berarti azas atau nilai
moral yang dirumuskan secara tertulis, singkat dan padat, yang biasa disebut kode etik. Ketiga,
berarti ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Dari pengertian-pengertian
etika, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kegunaan etika dalam menghadapi
masalah-masalah penting dalam kehidupan ialah sebagai dasar dan pedoman dalam
kehidupan untuk menyikapi permasalahan serta sebagai jalan keluar untuk menuju
kehidupan yang lebih baik.
Salah satu contoh
permasalahan yang tengah kita hadapi saat ini yakni cara berpakaian orang-orang
kita. Cara berpakaian orang-orang kita lebih condong meniru gaya berpakaian ala
orang barat. Dilihat dari sisi budaya, tentulah budaya kita sudah sangat jauh
berbeda dengan budaya orang barat. Dalam hal ini, kita hendaknya kembali
berpegang kepada etika dan moral yang kita punya sebagai orang timur. Akan
lebih bertanggungjawab jika kita bias memilah dan memilih mana yang lebih
sesuai dengan budaya kita, jadi budaya asing yang masuk ke negara kita tidak
langsung kita “telan mentah-mentah”. Melainkan harus kita saring terlebih
dahulu agar budaya kita tidak luntur.
Selain masalah
berpakaian di atas, masalah-masalah etis lain pun semakin bertambah sejalan
dengan perkembangan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan. Sebagai pendidik atau calon pendidik kita
harus bisa bersikap cermat dalam menghadapi masalah-masalah tersebut. Pada
dasarnya, dalam setiap yang kita hadapi pastilah ada hikmah dan pelajaran yang
bisa kita petik. Dari masalah yang muncul tersebut kita diharapkan bisa menjadi
manusia yang lebih dari sebelumnya. Karenanya kita harus bersikap optimis dalam
menghadapi masalah-masalah tersebut dan yakin bahwa setiap masalah pastilah ada
jalan keluarnya.
Tanpa disadari, dalam
masyarakat kita telah terjadi banyak pergeseran nilai. Banyak perilaku atau
perbuatan yang sebenarnya telah melanggar etika dan etiket. Kedua kata ini bukanlah
kata yang asing di telinga kita. Dalam pembicaraan sehari-hari, kita sering
mendengar istilah etika dan etiket. Kedua kata ini sebenarnya mempunyai
perbedaan yang sangat mendasar.
- Etiket menyangkut cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan.
- Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tetap berlaku, dengan atau tanpa kehadiaran orang lain.
- Etiket bersifat relatif, sedangkan etika bersifat mutlak atau absolut.
Pelanggaran yang biasanya terjadi ialah
pelanggaran etiket. Sebagai contohnya yakni cara berbicara anak jaman sekarang
terhadap orang tua yang sudah jauh dari kata sopan. Cara berpakaian, seperti telah
disinggung di atas juga termasuk pelanggaran etiket. Hal-hal semacam ini
haruslah segera dibenahi dan diperbaiki. Dalam hal ini, peran orang tua
sangatlah penting. Penanaman dasar moral, etika dan etiket dalam keluarga
haruslah kuat. Rasanya tidaklah etis kalau kita hanya menyalahkan anak-anak
yang melakukan pelanggaran tersebut. Jika para orang tua telah mendidik mereka
dan menanamkan nilai-nilai etika dan etiket dengan baik, tentulah hal-hal
tersebut tidak akan terjadi. Namun ketika hal-hal tersebut telah terjadi maka
yang diperlukan ialah memberikan pengertian kepada mereka. Di samping itu, yang
terpenting ialah kemauan yang kuat untuk berubah dari masing-masing individu
karena tanpa itu, semua pengertian yang diberikan takkan ada artinya.
Tidak hanya anak muda
yang dihadapkan pada masalah moral, guru SD pun mengalami hal yang sama. Sering
kita jumpai guru SD yang ringan tangan terhadap muridnya. Masalah seperti ini
biasanya merambat hingga ke meja hijau. Para orang tua tidak dapat menerima
ketika anak mereka menjadi sasaran pukulan gurunya apalagi hanya untuk
kenakalan yang tak seberapa. Ketika ditanyakan penyebabnya, guru biasanya
berdalih kalau si anak melakukan kesalahan. Namun ada pula yang terang-terangan
mengaku sedang mempunyai masalah pribadi sehingga ketika si anak berbuat
kesalahan, ia jengkel dan melampiaskannya kepada anak. Sungguh perbuatan yang
tidak patut ditiru. Keprofesionalan merka sebagai guru SD akan dipertanyakan
dalam hal ini. Masalah tidak akan selesai dengan kekerasan. Guru SD haruslah
mendidik, menanamkan nilai-nilai yang baik kepada para siswanya. Jadi para
calon guru katakan “Stop kekerasan dalam dunia pendidikan!”
Dengan segala macam
pelanggaran yang telah terjadi dalam masyarakat, kita dituntut untuk menjadi
pribadi yang kritis dan tanggap lingkungan. Akan jadi apa negara kita jika
orang-orang menjadi individual dan tidak peduli dengan lingkungan di
sekitarnya. Terkadang daya kritis menjadi berkurang dalam menilai dan
menanggapi berbagai pengaruh kurang baik yang datang, baik itu dari dalam diri
kita ataupun dari luar. Yang menjadi penyebab biasanya ialah adanya sikap tidak
peduli (cuek) terhadap lingkungan, cenderung individual, kurang mengekspresikan
pendapat yang kita punya. Selain itu keadaan lingkungan juga bisa menjadi penyebabnya.
Lingkungan yang dimaksud di sini ialah lebih kepada masyarakat atau orang-orang
di sekitar kita. Banyak dari kita yang tidak mempunyai keberanian yang
cukup untuk “melawan arus”. Harus kita
ingat bahwa lingkungan tidak selalu benar. Terkadang kita takut ketika berbeda
dengan yang lain. Keberanian untuk membuat sebuah perubahan harus dimiliki oleh
para guru. Kita harus menyadari bahwa kita adalah bagian dari masyarakat
sehingga kita akan senantiasa peduli dan ikut ambil bagian dalam menghadapi masalah
yang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar