Senin, 07 November 2011

ETIKA DALAM KEHIDUPAN


Kehidupan dan masalah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Setiap manusia pasti pernah menghadapi masalah. Untuk menghadapi semua masalah tersebut, agama mempunyai peran penting di dalamnya. Namun, kajian etika pun mempunyai porsi tersendiri dalam menghadapai berbagai masalah dalam kehidupan. Pengertian etika menurut K. Bertens yakni pertama, etika dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral,  yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Maksud etika di sini ialah sebagai sistem nilai. Kedua, etika berarti azas atau nilai moral yang dirumuskan secara tertulis, singkat dan padat,  yang biasa disebut kode etik. Ketiga, berarti ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Dari pengertian-pengertian etika, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kegunaan etika dalam menghadapi masalah-masalah penting dalam kehidupan ialah sebagai dasar dan pedoman dalam kehidupan untuk menyikapi permasalahan serta sebagai jalan keluar untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Salah satu contoh permasalahan yang tengah kita hadapi saat ini yakni cara berpakaian orang-orang kita. Cara berpakaian orang-orang kita lebih condong meniru gaya berpakaian ala orang barat. Dilihat dari sisi budaya, tentulah budaya kita sudah sangat jauh berbeda dengan budaya orang barat. Dalam hal ini, kita hendaknya kembali berpegang kepada etika dan moral yang kita punya sebagai orang timur. Akan lebih bertanggungjawab jika kita bias memilah dan memilih mana yang lebih sesuai dengan budaya kita, jadi budaya asing yang masuk ke negara kita tidak langsung kita “telan mentah-mentah”. Melainkan harus kita saring terlebih dahulu agar budaya kita tidak luntur.
Selain masalah berpakaian di atas, masalah-masalah etis lain pun semakin bertambah sejalan dengan perkembangan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan.  Sebagai pendidik atau calon pendidik kita harus bisa bersikap cermat dalam menghadapi masalah-masalah tersebut. Pada dasarnya, dalam setiap yang kita hadapi pastilah ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik. Dari masalah yang muncul tersebut kita diharapkan bisa menjadi manusia yang lebih dari sebelumnya. Karenanya kita harus bersikap optimis dalam menghadapi masalah-masalah tersebut dan yakin bahwa setiap masalah pastilah ada jalan keluarnya.
Tanpa disadari, dalam masyarakat kita telah terjadi banyak pergeseran nilai. Banyak perilaku atau perbuatan yang sebenarnya telah melanggar etika dan etiket. Kedua kata ini bukanlah kata yang asing di telinga kita. Dalam pembicaraan sehari-hari, kita sering mendengar istilah etika dan etiket. Kedua kata ini sebenarnya mempunyai perbedaan yang sangat mendasar.
  • Etiket menyangkut cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan.
  • Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tetap berlaku, dengan atau tanpa kehadiaran orang lain.
  • Etiket bersifat relatif, sedangkan etika bersifat mutlak atau absolut.
Pelanggaran yang biasanya terjadi ialah pelanggaran etiket. Sebagai contohnya yakni cara berbicara anak jaman sekarang terhadap orang tua yang sudah jauh dari kata sopan. Cara berpakaian, seperti telah disinggung di atas juga termasuk pelanggaran etiket. Hal-hal semacam ini haruslah segera dibenahi dan diperbaiki. Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting. Penanaman dasar moral, etika dan etiket dalam keluarga haruslah kuat. Rasanya tidaklah etis kalau kita hanya menyalahkan anak-anak yang melakukan pelanggaran tersebut. Jika para orang tua telah mendidik mereka dan menanamkan nilai-nilai etika dan etiket dengan baik, tentulah hal-hal tersebut tidak akan terjadi. Namun ketika hal-hal tersebut telah terjadi maka yang diperlukan ialah memberikan pengertian kepada mereka. Di samping itu, yang terpenting ialah kemauan yang kuat untuk berubah dari masing-masing individu karena tanpa itu, semua pengertian yang diberikan takkan ada artinya.
Tidak hanya anak muda yang dihadapkan pada masalah moral, guru SD pun mengalami hal yang sama. Sering kita jumpai guru SD yang ringan tangan terhadap muridnya. Masalah seperti ini biasanya merambat hingga ke meja hijau. Para orang tua tidak dapat menerima ketika anak mereka menjadi sasaran pukulan gurunya apalagi hanya untuk kenakalan yang tak seberapa. Ketika ditanyakan penyebabnya, guru biasanya berdalih kalau si anak melakukan kesalahan. Namun ada pula yang terang-terangan mengaku sedang mempunyai masalah pribadi sehingga ketika si anak berbuat kesalahan, ia jengkel dan melampiaskannya kepada anak. Sungguh perbuatan yang tidak patut ditiru. Keprofesionalan merka sebagai guru SD akan dipertanyakan dalam hal ini. Masalah tidak akan selesai dengan kekerasan. Guru SD haruslah mendidik, menanamkan nilai-nilai yang baik kepada para siswanya. Jadi para calon guru katakan “Stop kekerasan dalam dunia pendidikan!”
Dengan segala macam pelanggaran yang telah terjadi dalam masyarakat, kita dituntut untuk menjadi pribadi yang kritis dan tanggap lingkungan. Akan jadi apa negara kita jika orang-orang menjadi individual dan tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Terkadang daya kritis menjadi berkurang dalam menilai dan menanggapi berbagai pengaruh kurang baik yang datang, baik itu dari dalam diri kita ataupun dari luar. Yang menjadi penyebab biasanya ialah adanya sikap tidak peduli (cuek) terhadap lingkungan, cenderung individual, kurang mengekspresikan pendapat yang kita punya. Selain itu keadaan lingkungan juga bisa menjadi penyebabnya. Lingkungan yang dimaksud di sini ialah lebih kepada masyarakat atau orang-orang di sekitar kita. Banyak dari kita yang tidak mempunyai keberanian yang cukup  untuk “melawan arus”. Harus kita ingat bahwa lingkungan tidak selalu benar. Terkadang kita takut ketika berbeda dengan yang lain. Keberanian untuk membuat sebuah perubahan harus dimiliki oleh para guru. Kita harus menyadari bahwa kita adalah bagian dari masyarakat sehingga kita akan senantiasa peduli dan ikut ambil bagian dalam menghadapi masalah yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.     Latar belakang Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnyaapabila ada pertanyaa...